RSS

Arsip Kategori: baju

segala sesuatu yang berbau baju

Just a little buttons

Oke, kancing baju hanyalah sebuah kancing baju. Masuklah ke sebuah toko bahan pakaian dan cari sekian ragam jenis dan warna kancing baju. Begitu banyak dan akhirnya hanya satu jenis kancing yang akhirnya diambil. Satu jenis kancing untuk dikenakan pada sebuah baju. Menjadi bagian dari seluruh keindahan sebuah baju. Menjadi satu bagian kecil yang mewakili identitas dari si pemakai

Apakah si kancing tetap menjadi sebuah kancing? Tidak. Sekarang ia telah bertransformasi menjadi satu dengan si pemakai baju. Begitu kecil dan tak terlihat di balik lipatan-lipatan kain, tapi amat sangat berharga. Dan hanya si pemakai baju yang ngerti itu.

Sekali lagi, hanya si pemakai baju yang ngerti arti nilai sebuah kancing dari baju yang ia kenakan.

Kancing baju mungkin tak pernah terlihat berharga di mata kita. Begitu juga semua benda yang dimiliki orang lain. Tak akan pernah berharga di mata kita. Kertas bungkus kado, mainan, pulpen, gelas, semua benda itu memang biasa saja. Tapi, jika orang memahami arti nilai dibalik itu semua, pendapat berbeda akan muncul.

Satu hal kecil di mata kita akan terlihat amat sangat berharga bagi yang mengerti arti di balik itu semua. Siapa yang akan mengira seseorang akan rela untuk menempuh jarak sekian ratus kilometer demi mendapatkan sebuah komik seharga 500 rupiah. Dan orang yang meminjam komik itu memperlsayakannya dengan sembarangan. Siapa yang mengira, satu lembar foto kusam dari tahun 80 memerlukan perjuangan dengan linangan darah serta air mata untuk mengabadikannya. Dan tiba-tiba saja seseorang mengambil foto itu dan kemudian meletakkannya sembarangan sehingga luntur terkena air.

Nggak semua orang bisa menghargai sebuah benda. Nggak semua orang bisa menghargai arti sebuah benda tak berharga yang bukan miliknya. Hanya orang-orang tertentu. Orang-orang yang mengerti nilai di baliknya.

Satu waktu, saya mendapatkan sebuah buku terbitan pertama dari penulis favorit saya. Saya rela untuk pergi ke luar kota dan memesan ke toko satu-satunya yang menjual buku tersebut. Dan nggak kebayang betapa senangnya hati ini ketika akhirnya buku itu samapi di tangan saya. Buku itu benar-benar saya jaga dan nggak saya pinjamkan. Saya hanya mengijinkan orang-orang untuk membacanya di kamar saya. sampai satu waktu, seorang teman benar-benar memaksa meminjam saat ia lihat buku itu ada di antara deretan koleksi buku di rak saya. oke, saya pinjamkan untuk 2 hari.

2 hari kemudian, saya minta kembali buku tersebut. Ia belum selesai membacanya. Begitu juga esoknya, saya terus memburu agar ia segera mengembalikan buku saya. akhirnya, buku itu kembali. 2 minggu setelah ia meminjamnya.

Ada sekitar 5 halaman yang terlipat, satu bercak kopi dan sedikit sobekan di halaman 128. Plus pembatas buku yang hilang. Saat itu saya benar-benar marah. Dan diam. Marah pada seseorang yang memang nggak menghargai buku tidak akan memberikan manfaat apapun dibanding rasa lelah dan dongkol di hati. Saya masih memandang hubungan pertemanan kami. Ia akhirnya mengerti dan benar-benar minta maaf atas yang ia lakukan.

Begitu banyak orang nggak peduli ketika mereka meminjam barang orang lain. Bahkan ada yang terkadang semena-mena mengambilnya tanpa ijin. Masih untung kalau kembali dengan utuh. Ini nggak sama sekali.

Satu benda tak berharga, mungkin memang akan diperlakukan semena begitu saja. Tapi akan ada orang-orang yang benar-benar menjaganya. Bukan terlalu menjadikannya sebagai sebuah masalah yang serius. Tidak. Tapi hanya mencoba untuk mengingat kembali, saat seseorang benar-benar menjaga barang miliknya, itu berarti benda itu juga sudah menjadi bagian dari hidupnya. Seperti kancing baju. Kancing baju kemeja seorang dengan identitas yang ia punya.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Oktober 20, 2011 inci baju